Yang Dingin Bukan Hujan

Pernah kutemui seorang gadis kecil menggerutu kesal dengan wajah yang basah kuyup. Sedari sore langit juga menumpahkan kesalnya lewat hujan. Keduanya menjatuhkan air dengan beban yang coba dilepaskan, entah mana yang lebih deras. Di pelataran toko ia berteduh sembari menunggu hujan reda, seakan-akan ia punya tempat pulang. Ia tidak mendefinisikan rumah dengan tumpukan bata, yang barangkali sampai kapanpun tak mampu ia bangun. Apapun yang beratap, baginya bisa jadi tempat untuk menghabiskan malam. Setelah lama lelah berdiri, ia memutuskan untuk mengistirahatkan dirinya. Ia menyandarkan tubuh ringkihnya pada dinding yang tentu saja keras, tidak seperti jaring pengaman sosial. Sungguh ia layak dan butuh sentuhan kasih sayang. Namun yang mampu ia peroleh adalah pelukan dirinya sendiri yang sedang menggigil. "Yang dingin bukan hujan tapi kemiskinan.", bisik gadis yang membenci namanya sendiri itu. Ia dilahirkan dengan panggilan "Ria", sedangkan kehidupan memanggilnya