"Baik Baik Saja"

Adakah orang yang dengan tulus menanyakan kabar? yang menganggap keberadaanku berarti dan apa yang terjadi padaku bukan sekadar cuap sambil lalu. yang karenanya tak perlu kupalsukan "baik-baik saja" untuk mengubur kegelisahan. Tapi bahasa basa-basi sepertinya terdengar lebih manusiawi dan aku tak punya insentif untuk memamerkan kelamnya hari. Depresi itu nyata dan aku terjatuh ke dalamnya. Setiap pagi aku merasa seperti berada di mimpi buruk berkelanjutan yang menjadikanku ragu apakah aku sudah terjaga. Entah bagaimana matahari membagikan sinarnya, kulihat langit dan awan bak lukisan dengan kombinasi cat kelabu. Ingin kukembali tidur tapi memejamkan mata berarti melihat ingatan yang seharusnya kulupakan. Depresi itu seperti kamar yang menjebakku dengan perasaan pilu yang konstan. Ada satu jendela namun ia berwujud kiasan. Ada satu pintu namun ia tak menerima ketukan. Tak ada selot untuk ditarik, tak ada gagang untuk diputar. Ingin kuhantam pecah namun