Sandiwara
Tak ada aku di esokmu, sebagaimana
kau hilang dari hariku yang berlalu. Sapa kemarin sore kita lontarkan hanya
untuk kemudian beradu punggung. Lantas
mengapa saat itu kita masih bersandiwara?
Di antara mereka
yang bersembunyi di balik rias, kau pilih bersembunyi di balik senyum. Matamu
sembab namun tak tega untuk berlinang. Aku bingung menerjemahkan isyarat tanpa
panduan makrifat.
Ceriamu
menarik simpul tawa, namun setelahnya adalah hampa. Candamu berbubuh candu, sayangnya
itu membawa pilu. Kita menjalani kepura-puraan yang sedari awal telah diduga.
Sampai pada
titik di mana mata tak lagi beradu, kita hanya tertunduk menatap kaki yang
telah lelah berjalan. Sia-siakah langkah yang telah terjejak?
Yang kutahu
kita sama-sama terluka.
Aku
berdarah tanpa bercak merah. Aku cedera tanpa gores menganga. Dengan lebam
yang tertahan gumam, aku terjatuh bersama tubuh yang rapuh.
Jetis, 02/01/17
Comments
Post a comment