Rintik Rindu
Setelah isak pilu mendung, hujan turun dari langit, membawa rintik rindu yang jatuh perlahan. Tanpa payung kumelebur dalam kelambu air yang tak tersibak. Bukan teduh yang kucari. Biar kudengar gemuruh gundah yang sedari dulu tertahan. Biar kurasakan deras gelisah yang tak tersampaikan. Biarkan aku basah dalam perasaan yang mungkin tak diinginkan . Bersama kabut tipis aku diam bersembunyi. Kuperhatikan lekat-lekat setiap butir air yang jatuh, barang kali ada kabarmu terselip di situ. Aku tak perlu menuunggu sinar matahari yang enggan berikan kepastian. Terus terang, ‘baik-baik saja’-mu sudah cukup untuk menghangatkan, walau reda tak kunjung datang. Mataku masih mengikuti gerak air itu. Ia jatuh bukan untuk tersungkur. Satu demi satu butir terkumpul, lalu bergerak dalam satu firasat yang sama. Bumi tahu bagaimana ia mengantarkan aliran – turun pasrah menuju ujung perasaan. Tapi tak semua bisa mencapai muara. Seperti hujan yang tinggalkan genangan, begitu lihai kau pergi me