Bolehkah Aku Tahu?
Aku mendapatimu duduk di bangku taman – menggenggam erat sebuah peti kecil. Jemari lentikmu memainkan kuncinya. Sementara kakimu tertekuk anggun menyentuh tanah. Dari jauh kuperhatikan sesekali kau tersenyum sendiri. Tak henti-hentinya matamu menyapu setiap detail sisinya. Seakan sedang berimajinasi dengan apa yang ada di dalam peti. Itulah peti penentu yang memberikan penjelasan arti diriku, bagimu Akhirnya kuberanikan diri untuk mendekat. Kubuang semua gengsi dan arogansi yang menjerat. Aku sudah terlampau jatuh tanpa daya. Dari serakan berjuta aksara, kususun bait-bait tanda tanya. Bolehkah aku tahu? Apakah kau menyembunyikan sesuatu di peti itu? Kau mengangguk pelan. Baiklah, kata orang rahasia membuat wanita menjadi wanita. Sementara pria akan selalu berusaha menguaknya. Belum ada tangan yang kau pasrahkan kunci untuk membuka. Sementara tak sepasang mata pun kau biarkan mengintipnya. Apa yang kau simpan itu? Kau angkat pundakmu. Kau dulu memang pernah menjelaskan hal ini. Bahwa,