Melepasmu Pergi
Suatu saat, mencintai adalah memutar hati tanpa orang yang engkau cintai. Sebab, dengan atau tanpa orang yang kau kasihi, hidup harus terus dijalani. –Tasaro G.K. Aku selalu benci kalimat itu. Rangkaian kata yang kebenarannya muak kuakui. Tapi inilah ketidakberdayaan manusia atas takdir perpisahan. Ironisnya, kau sendiri yang memberi tahu kalimat itu. Kupacu motorku membelah jalanan kota. Beruntung saat itu tak banyak kendaraan yang lalu-lalang. Dengan kecepatan seperti ini, sepuluh menit lagi aku bisa sampai rumah. Andai aku mau sedikit saja memerhatikan, hujan kala itu menari dengan indah. Tak terlalu lebat, hanya gerimis. Mungkin hujan adalah cara alam berkomunikasi dengan kita. Tiap tetes air yang jatuh membawa pesan dari langit untuk direnungkan. Entah bagaimana bahasa hujan, mungkin ini bisikan langit yang mencoba menegarkanku. Ia tahu bahwa tak hanya dia yang bisa menjatuhkan air. Masih terbayang pertemuan terakhir kita tadi. Kau terlihat berbeda. Penampilanmu tak seperti biasa